Sabtu, 01 September 2012

Penelitian Tindakan Kelas [BAB 2]


BAB II
LANDASAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR
DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1  Landasan Teoretis
            Teoro-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah hakikat anak tuna grahita, pembelajaran IPA, metode karyawisata, prestasi belajar, serta keterkaitan metode karyawisata dengan peningkatan prestasi belajar IPA
2.1.1    Hakikat tentang Anak Tunagrahita
            Berikut ini akan dipaparkan pengertian anak tunagrahita, karakteristik anak tuna grahita, faktor-faktor penyebab anak tunagrahita, masalah yang dihadapi anak tuna grahita.
2.1.1.1  Pengertian Anak Tunagrahita
Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rerata normal.  Menurut Choiri dan Karsidi (1999:47),  ”Anak tunagrahita adalah anak di mana perkembangan mental tidak berlangsung secara normal, sehingga sebagai akibatnya terdapat ketidakmampuan dalam bidang intelektual, kemauan, rasa, penyesuaian sosial dan sebagainya”.
Anak tunagrahita juga dikenal dengan istilah terbelakang mental.  Karena keterbatasan kecerdasannya anak terbelakang mental sukar untuk mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal. Oleh sebab itu mereka membutuhkan layanan pendidikan khusus.
Hal ini seperti diungkapkan Munzayanah (2000:14), bahwa ”Anak cacat mental atau anak tunagrahita adalah anak yang mengalami gangguan dalam perkembangan daya pikir serta seluruh kepribadiannya sehingga mereka tidak mampu hidup dengan kekuatan sendiri di dalam masyarakat meskipun dengan cara hidup yang sederhana”.

2.1.1.2  Karakteristik Anak Tunagrahita
             Karakteristik anak tunagrahita adalah sesuatu hal yang nampak dan sering terjadi pada individu yang mengalami ketunagrahitaan.
Menurut Munzayanah (2000:24) karakteristik anak tunagrahita adalah
1)      mengalami kelainan atau kelambatan dalam bicara sehingga sulit untuk diajak berkomunikasi
2)      mengalami gangguan dalam sosialisasi
3)      mempunyai kemampuan yang terbatas di bidang intelektual, sehingga hanya mampu dididik untuk membaca, menulis dan menghitung pada batas-batas tertentu, bagi tunagrahita yang tergolong ringan dapat dilatih untuk ketrampilan-ketrampilan yang ringan.

Karakteristik anak tunagrahita menurut Astati, (2001:5-7) adalah sebagai berikut.
1)      Ciri fisik dan motorik
Ketrampilan motorik anak tunagrahita ringan lebih rendah dari anak normal, sedangkan tinggi dan berat badan adalah sama
2)      Bahasa dan penggunannya
Anak tunagrahita ringan banyak yang lancar berbahasa tetapi kurang dalam perbendaharaan kata serta kurang mampu menarik kesimpulan mengenai apa yang dibicarakan
3)      Kecerdasan
Anak tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam berpikir abstrak, tetapi masih mampu mempelajari hal-hal yang bersifat akademik walaupun terbatas.  Sebagian dari mereka mencapai usia kecerdasan yang sama dengan anak normal usia 12 tahun ketika  mencapai usia dewasa.

4)      Sosial
Anak tunagrahita cenderung menarik diri, acuh tak acuh, mudah bingung. Mereka cenderung bergaul dengan anak normal yang lebih muda dari usianya.
5)      Kepribadian
Ciri-ciri pribadi anak tunagrahita ringan antara lain kurang percaya diri, merasa rendah diri dan mudah frustasi
6)      Pekerjaan
Anak tuna grahita ringan dapat melakukan pekerjaan yang sifatnya semi-skilled dan pekerjaan itu sifatnya sederhana.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, peneliti menyimpulkan bahwa karakteristik anak tunagrahita secara umum adalah mempunyai kemampuan yang sangat terbatas dalam bidang intelektual, sosialisasi, komunikasi, perkembangan emosi, dan kecakapan motorik. 

2.1.1.3 Masalah pada Anak Tunagrahita
            Masalah-masalah yang dihadapi anak tunagrahita menurut Astati (2001: 10-11), di antaranya adalah sebagai berikut.
1)      Masalah penyesuaian diri
Anak tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam mengartikan norma-norma lingkungan sehingga mereka tidak dapat melakukan fungsinya sebagai anggota masyarakat. Akhirnya, tidak jarang dari mereka diisolasi dan dianggap hanya beban orang lain.
2)      Masalah pemeliharaan diri
Anak tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam membina dirinya, misalnya dalam mengadakan orientasi, pemeliharaan dan penggunaan fasilitas di lingkungannya serta  bagaimana kepantasan penampilannya.
3)      Masalah kesulitan belajar
Kesulitan belajar umumnya tampak dalam bidang pelajaran yang sifatnya akademis dan mengandung hal-hal yang sifatnya abstrak
4)      Masalah pekerjaan
Kenyataan menunjukkan banyaknya populasi penyandang tunagrahita ringan pasca sekolah yang tidak memperoleh kesempatan bekerja karena dinilai kemampuan kerja mereka sangat rendah. Hal ini diperkirakan penyebabnya antara lain kurangnya kesesuaian antara ketrampilan yang dimiliki dan perilaku vokasional (daya tahan, minat, kegembiraan, komunikasi, penampilan dan lain-lain) dengan tuntutan lapangan pekerjaan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang dihadapi anak tunagrahita  meliputi dari masalah penyesuaian diri, pemeliharaan diri, kesulitan belajar serta masalah pekerjaan.  

2.1.2  Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Webster’s dalam New Collegiate Dictionary, dikutip dari Iskandar (2002:2) mengatakan “Natural science is knowledge concerned with the physical word and it’s phenomena”.  Artinya, ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya”.  Menurut Nash yang dikutip Darmodjo, Kaligis (1991:3) mengemukakan bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu cara atau metode untuk mengamati alam dunia ini besifat analitis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena yang lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamati itu”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam melalui metode pengamatan yang bersifat analitis, lengkap, cermat, membentuk perspektif baru tentang objek yang diamati.
Anak tunagrahita sangat  memerlukan pelajaran IPA agar dapat memahami tentang berbagai jenis lingkungan alami dan lingkungan buatan yang berkaitan dengan pemanfaatan bagi kehidupannya sehari-hari.  Lingkungan alam  merupakan lingkungan alamiah yang terjadi secara alami.  Yang paling penting dalam hal ini ialah komponen yang membangun alam sehingga anak tunagrahita memiliki prinsip-prinsip bertindak terhadap alam agar dapat tetap memberikan dukungan hidup manusia. 

2.1.3    Hakikat Metode Karya Wisata
Menurut Sudjana (2008:87) menyebutkan bahwa ”Metode Karya Wisata adalah kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar”.  Menurut Roestiyah (2001:85)  menyebutkan bahwa Metode karya wisata ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu”
Dari kedua pendapat tersebut peneliti menyimpulkan bahwa metode karyawisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang dan dilaksanakan diluar kelas untuk mempelajari objek tertentu atau menyelidiki sesuatu.
Metode karyawisata merupakan metode yang sangat relevan terhadap pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam karena metode ini akan membawa anak langsung kepada obyek belajar.  Menurut Roestiyah (2001:85) teknik karyawisata ini digunakan karena memiliki tujuan sebagai berikut.
Dengan melaksanakan karya wisata diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanya jawab mungkin dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran, ataupun pengetahuan umum. Juga mereka bisa melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya, agar nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa mata pelajaran.

Menurut Suhardjono (2004:85) mengungkapkan bahwa metode karyawisata (field-trip) memiliki keuntungan.
1)      memberikan informasi teknis, kepada peserta secara langsung
2)      memberikan kesempatan untuk melihat kegiatan dan praktik dalam kenyataan atau pelaksanaan yang sebenarnya,
3)      memberikan kesempatan untuk lebih menghayati apa yang dipelajari sehingga lebih berhasil
4)      memberi kesempatan peserta melihat objek belajar secara langsung

Dengan berbagai keunggulan dan keuntungan yang ada pada metode karyawisata ini, maka perlu langkah-langkah strategis agar penggunaan metode ini dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam  dapat efektif dan efisien.   Menurut Sudjana (2008 : 87) langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penerapan metode karya wisata adalah sebagai berikut.
1)  Perencanaan Karyawisata
a.  merumuskan tujuan karyawisata
b.   menetapkan obyek sesuai  tujuan yang hendak dicapai
c.   menyusun rencana belajar bagi siswa selama karyawisata
d.   merencanakan perlengkapan belajar yang harus disediakan
2)   Langkah Pelaksanaan
Dalam fase ini adalah pelaksanaan kegiatan belajar di tempat karyawisata dengan bimbingan guru. Kegiatan belajar ini harus diarahkan kepada tujuan yang telah ditetapkan pada fase perencanaan
1)      Tindak Lanjut
Pada akhir karyawisata siswa harus diminta laporannya baik lisan maupun tertulis, yang merupakan inti masalah yang telah dipelajari pada waktu karyawisata



2.1.4  Hakikat Prestasi Belajar
Menurut Tirtonegoro (1987:64), mengemukakan “Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu”.  Menurut Sukardi (1990:30) “Prestasi belajar adalah suatu hasil maksimal yang diperoleh seseorang dalam usahanya dalam rangka mengaktualitaskan dan mempotensikan diri lewat belajar”.  Menurut Slameto (1993:17) ”Prestasi belajar adalah sejauh mana tingkat pengetahuan anak terhadap materi yang diterima”.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil yang diperoleh seorang siswa dari usaha kegiatan belajar dalam rangka mengaktualisasikan dan mempotensikan dirinya yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, simbol atau kalimat dalam periode tertentu.
Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari diri siswa maupun dari luar siswa.   Faktor internal di antaranya adalah minat, bakat,  motivasi dan  tingkat intelegensi.   Faktor eksternal berasal dari keluarga, sekolah, dan  masyarakat.
Keluarga mempunyai peranan dalam meningkatkan prestasi belajar.  Orang tua harus mempunyai perhatian terhadap anak dalam hal belajar, sehingga prestasi anak dapat dioptimalkan.
Faktor  sekolah  merupakan faktor yang utama dalam meningkatkan prestasi belajar anak.  Faktor metode pembelajaran merupakan unsur penting dalam meningkatkan prestasi siswa.  Dengan metode karya wisata diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar IPA..
Faktor lingkungan masyarakat juga berperan dalam meningkatkan prestasi belajar.  Dengan bersosialisasi dengan teman sebayanya akan mengembangkan daya kreatifitasnya sehingga prestasi belajarnya dapat meningkat

2.1.5    Penggunaan Metode Karyawisata untuk Peningkatan Prestasi Belajar IPA Anak Tunagrahita
            Amin (1995:116) menyatakan bahwa Anak tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya jelas di bawah rata-rata.  Di samping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit dan yang berbelit-belit.  Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan sehari dua hari atau sebulan dua bulan, tetapi untuk selamanya, dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala-galanya, lebih-lebih dalam pelajaran, seperti mengarang, menyimpulkan isi bacaan, menggunakan simbol-simbol, berhitung dan dalam semua pelajaran yang bersifat teoritis.  Dan juga mereka kurang atau terhambat dalam penyesuaian diri dengan lingkungan.

Keterbatasan intelektual yang dialami anak tunagrahita menyebabkan kesulitan dalam berpikir secara abstrak, sulit, dan berbeli-belit.  Hal ini sangat terasa pada pelajaran yang bersifat teoritis, seperti halnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.  Oleh sebab itu penggunaan metode karyawisata akan menjadi salah satu faktor penting dalam meningkatkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam anak tunagrahita.
Orientasi penggunaan metode karyawisata adalah membawa anak tuna grahita belajar di alam terbuka dengan suasana yang menyenangkan serta berhadapan dengan objek benda asli sehingga pelajaran IPA yang bersifat teori akan dibuktikan oleh anak tuna grahita melalui obyek yang sesungguhnya.  Dengan demikian, prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alamnya akan dapat ditingkatkan sesuai dengan kapasitas dan pola pikir yang dimiliki anak tuna grahita. 

2.2  Kerangka Berpikir
            Kerangka berpikir merupakan arah penalaran untuk dapat memperoleh jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan agar mempermudah dalam pengembangannya.  Secara skematis penggunaan metode karyawisata terhadap peningkatkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam anak tunagrahita dapat digambarkan sebagai berikut.
Untuk itu, peneliti mengemukakan kerangka pemikiran sebagai berikut.
1)      Anak tuna grahita adalah anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan intelektualnya, hal ini akan berpengaruh terhadap prestasi belajarnya di sekolah.
2)      Pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam bagi anak tuna grahita diperlukan metode mengajar yang tepat dan menyenangkan karena penggunaan metode mengajar yang tidak tepat akan menyebabkan anak tuna grahita jenuh sehingga mengakibatkan prestasi belajarnya akan semakin rendah
3)      Metode Karya wisata merupakan metode mengajar yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar anak tuna grahita khususnya pada pembelajaran  Ilmu Pengetahuan Alam.

2.3   Hipotesa Tindakan
                        Hipotesa merupakan jawaban sementara atas masalah yang diteliti dan dibuktikan kebenarannya.  Berdasarkan kerangka pikir yang peneliti kemukakan diatas hipotesis yang peneliti ajukan adalah metode karyawisata dapat meningkatkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam anak tunagrahita kelas III SLB–C YPAALB Prambanan, Klaten Tahun 2010/2011
 

1 komentar: