BAB II
LANDASAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR
DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Landasan Teoretis
Teoro-teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah hakikat anak tuna grahita, pembelajaran IPA, metode
karyawisata, prestasi belajar, serta keterkaitan metode karyawisata dengan
peningkatan prestasi belajar IPA
2.1.1 Hakikat tentang Anak Tunagrahita
Berikut ini akan dipaparkan
pengertian anak tunagrahita, karakteristik anak tuna grahita, faktor-faktor
penyebab anak tunagrahita, masalah yang dihadapi anak tuna grahita.
2.1.1.1 Pengertian
Anak Tunagrahita
Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang
mempunyai kemampuan intelektual di bawah rerata normal. Menurut
Choiri dan Karsidi (1999:47), ”Anak
tunagrahita adalah anak di mana perkembangan mental tidak berlangsung secara normal,
sehingga sebagai akibatnya terdapat ketidakmampuan dalam bidang intelektual,
kemauan, rasa, penyesuaian sosial dan sebagainya”.
Anak tunagrahita juga dikenal dengan istilah terbelakang mental. Karena keterbatasan kecerdasannya anak
terbelakang mental sukar untuk mengikuti program pendidikan di sekolah biasa
secara klasikal. Oleh sebab itu mereka membutuhkan layanan pendidikan khusus.
Hal ini seperti diungkapkan Munzayanah (2000:14), bahwa ”Anak cacat mental
atau anak tunagrahita adalah anak yang mengalami gangguan dalam perkembangan
daya pikir serta seluruh kepribadiannya sehingga mereka tidak mampu
hidup dengan kekuatan sendiri di dalam masyarakat meskipun dengan cara hidup
yang sederhana”.
2.1.1.2
Karakteristik Anak Tunagrahita
Karakteristik anak tunagrahita adalah sesuatu hal yang
nampak dan sering terjadi pada individu yang mengalami ketunagrahitaan.
Menurut Munzayanah (2000:24) karakteristik anak tunagrahita adalah
1) mengalami
kelainan atau kelambatan dalam bicara sehingga sulit untuk diajak berkomunikasi
2) mengalami
gangguan dalam sosialisasi
3) mempunyai
kemampuan yang terbatas di bidang intelektual, sehingga hanya mampu dididik
untuk membaca, menulis dan menghitung pada batas-batas tertentu,
bagi tunagrahita yang tergolong ringan dapat dilatih untuk ketrampilan-ketrampilan yang ringan.
Karakteristik anak tunagrahita menurut Astati, (2001:5-7) adalah sebagai
berikut.
1) Ciri
fisik dan motorik
Ketrampilan
motorik anak tunagrahita ringan lebih rendah dari anak normal, sedangkan tinggi
dan berat badan adalah sama
2) Bahasa
dan penggunannya
Anak
tunagrahita ringan banyak yang lancar berbahasa tetapi kurang dalam
perbendaharaan kata serta kurang mampu menarik kesimpulan mengenai apa yang
dibicarakan
3) Kecerdasan
Anak
tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam berpikir abstrak, tetapi masih
mampu mempelajari hal-hal yang bersifat akademik walaupun terbatas. Sebagian dari mereka mencapai usia kecerdasan yang sama
dengan anak normal usia 12 tahun ketika
mencapai usia dewasa.
4) Sosial
Anak
tunagrahita cenderung menarik diri, acuh tak acuh, mudah bingung. Mereka
cenderung bergaul dengan anak normal yang lebih muda dari usianya.
5) Kepribadian
Ciri-ciri
pribadi anak tunagrahita ringan antara lain kurang percaya diri, merasa rendah
diri dan mudah frustasi
6) Pekerjaan
Anak tuna
grahita ringan dapat melakukan pekerjaan yang sifatnya semi-skilled dan
pekerjaan itu sifatnya sederhana.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, peneliti menyimpulkan bahwa karakteristik anak
tunagrahita secara umum adalah mempunyai kemampuan yang sangat terbatas dalam
bidang intelektual, sosialisasi, komunikasi, perkembangan emosi, dan kecakapan
motorik.
2.1.1.3 Masalah pada Anak Tunagrahita
Masalah-masalah
yang dihadapi anak tunagrahita menurut Astati (2001: 10-11), di antaranya
adalah sebagai berikut.
1) Masalah
penyesuaian diri
Anak
tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam mengartikan norma-norma lingkungan
sehingga mereka tidak dapat melakukan fungsinya sebagai anggota masyarakat.
Akhirnya, tidak jarang dari mereka diisolasi dan dianggap hanya
beban orang lain.
2) Masalah
pemeliharaan diri
Anak
tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam membina dirinya, misalnya dalam
mengadakan orientasi, pemeliharaan dan penggunaan fasilitas di lingkungannya
serta bagaimana kepantasan
penampilannya.
3) Masalah
kesulitan belajar
Kesulitan
belajar umumnya tampak dalam bidang pelajaran yang sifatnya akademis dan
mengandung hal-hal yang sifatnya abstrak
4) Masalah
pekerjaan
Kenyataan
menunjukkan banyaknya populasi penyandang tunagrahita ringan pasca sekolah yang
tidak memperoleh kesempatan bekerja karena dinilai kemampuan kerja mereka
sangat rendah. Hal ini diperkirakan penyebabnya antara lain kurangnya
kesesuaian antara ketrampilan yang dimiliki dan perilaku vokasional (daya
tahan, minat, kegembiraan, komunikasi, penampilan dan lain-lain) dengan
tuntutan lapangan pekerjaan.
Berdasarkan
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang
dihadapi anak tunagrahita meliputi dari
masalah penyesuaian diri, pemeliharaan diri, kesulitan belajar serta masalah
pekerjaan.
2.1.2 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Webster’s
dalam New Collegiate Dictionary, dikutip dari Iskandar (2002:2)
mengatakan “Natural science is knowledge concerned with the physical word
and it’s phenomena”. Artinya,
ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya”. Menurut Nash yang dikutip Darmodjo, Kaligis (1991:3)
mengemukakan bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu cara atau metode
untuk mengamati alam dunia ini besifat analitis, lengkap, cermat, serta
menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena yang lain sehingga
keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek
yang diamati itu”.
Berdasarkan
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah
ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam melalui
metode pengamatan yang bersifat analitis, lengkap, cermat, membentuk perspektif
baru tentang objek yang diamati.
Anak
tunagrahita sangat memerlukan pelajaran
IPA agar dapat memahami tentang berbagai jenis lingkungan alami dan lingkungan
buatan yang berkaitan dengan pemanfaatan bagi kehidupannya sehari-hari. Lingkungan alam merupakan lingkungan alamiah yang terjadi
secara alami. Yang paling penting dalam
hal ini ialah komponen yang membangun alam sehingga anak tunagrahita memiliki
prinsip-prinsip bertindak terhadap alam agar dapat tetap memberikan dukungan
hidup manusia.
2.1.3 Hakikat Metode Karya Wisata
Menurut
Sudjana (2008:87) menyebutkan bahwa ”Metode Karya Wisata adalah kunjungan ke luar
kelas dalam rangka belajar”. Menurut
Roestiyah (2001:85) menyebutkan bahwa “Metode karya wisata ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan
mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk
mempelajari atau menyelidiki sesuatu”
Dari kedua pendapat tersebut
peneliti menyimpulkan bahwa metode
karyawisata adalah suatu
metode mengajar yang dirancang dan dilaksanakan diluar kelas untuk mempelajari
objek
tertentu atau menyelidiki sesuatu.
Metode
karyawisata merupakan metode yang sangat relevan terhadap pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam karena metode ini akan membawa anak langsung kepada obyek
belajar. Menurut Roestiyah (2001:85)
teknik karyawisata ini digunakan karena memiliki tujuan sebagai berikut.
Dengan
melaksanakan karya wisata diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung
dari obyek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik
seseorang serta dapat bertanya jawab mungkin dengan jalan demikian mereka mampu
memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran, ataupun pengetahuan
umum. Juga mereka bisa melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang
dihadapinya, agar nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam
waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa mata pelajaran.
Menurut Suhardjono (2004:85) mengungkapkan bahwa metode karyawisata
(field-trip) memiliki keuntungan.
1)
memberikan informasi teknis, kepada
peserta secara langsung
2)
memberikan kesempatan untuk melihat
kegiatan dan praktik dalam kenyataan atau pelaksanaan yang sebenarnya,
3)
memberikan kesempatan untuk lebih
menghayati apa yang dipelajari sehingga lebih berhasil
4)
memberi
kesempatan peserta melihat objek belajar secara langsung
Dengan
berbagai keunggulan dan keuntungan yang ada pada metode karyawisata ini, maka
perlu langkah-langkah strategis agar penggunaan metode ini dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat efektif dan efisien. Menurut Sudjana (2008 : 87) langkah-langkah
yang harus ditempuh dalam penerapan metode karya wisata adalah sebagai berikut.
1) Perencanaan Karyawisata
a. merumuskan tujuan karyawisata
b. menetapkan
obyek sesuai tujuan yang hendak dicapai
c. menyusun
rencana belajar bagi siswa selama karyawisata
d. merencanakan
perlengkapan belajar yang harus disediakan
2) Langkah Pelaksanaan
Dalam fase ini adalah pelaksanaan kegiatan belajar di
tempat karyawisata dengan
bimbingan guru. Kegiatan belajar ini harus diarahkan kepada tujuan yang telah
ditetapkan pada fase perencanaan
1)
Tindak Lanjut
Pada akhir karyawisata siswa harus diminta laporannya
baik lisan maupun tertulis,
yang merupakan inti masalah yang telah dipelajari pada waktu karyawisata
2.1.4 Hakikat Prestasi Belajar
Menurut Tirtonegoro (1987:64), mengemukakan “Prestasi belajar adalah
penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol
huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh
setiap anak dalam periode tertentu”. Menurut
Sukardi (1990:30) “Prestasi belajar adalah suatu hasil maksimal yang diperoleh
seseorang dalam usahanya dalam rangka mengaktualitaskan dan mempotensikan diri
lewat belajar”. Menurut Slameto (1993:17) ”Prestasi belajar adalah sejauh mana tingkat
pengetahuan anak terhadap materi yang diterima”.
Berdasarkan
beberapa pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah suatu hasil yang diperoleh seorang siswa dari usaha kegiatan belajar
dalam rangka mengaktualisasikan dan mempotensikan dirinya yang dinyatakan dalam
bentuk angka, huruf, simbol atau kalimat dalam periode tertentu.
Prestasi
belajar yang dicapai oleh siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik
yang berasal dari diri siswa maupun dari luar siswa. Faktor internal di antaranya adalah
minat, bakat, motivasi dan tingkat intelegensi. Faktor eksternal berasal dari keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Keluarga mempunyai peranan dalam meningkatkan prestasi belajar. Orang tua harus mempunyai perhatian terhadap anak dalam
hal belajar, sehingga prestasi anak dapat dioptimalkan.
Faktor sekolah merupakan faktor yang utama dalam meningkatkan prestasi
belajar anak. Faktor metode pembelajaran merupakan unsur penting dalam meningkatkan prestasi siswa. Dengan metode karya wisata diharapkan dapat meningkatkan
prestasi belajar IPA..
Faktor lingkungan masyarakat juga
berperan dalam meningkatkan prestasi belajar.
Dengan bersosialisasi dengan teman sebayanya akan mengembangkan daya
kreatifitasnya sehingga prestasi belajarnya dapat meningkat
2.1.5 Penggunaan Metode Karyawisata untuk Peningkatan Prestasi Belajar IPA Anak Tunagrahita
Amin (1995:116)
menyatakan bahwa Anak tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya jelas di
bawah rata-rata. Di samping
itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit dan
yang berbelit-belit. Mereka kurang atau
terbelakang atau tidak berhasil bukan sehari dua hari atau sebulan dua bulan,
tetapi untuk selamanya, dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala-galanya,
lebih-lebih dalam pelajaran, seperti mengarang, menyimpulkan isi
bacaan, menggunakan simbol-simbol, berhitung dan dalam semua pelajaran yang
bersifat teoritis. Dan juga mereka
kurang atau terhambat dalam penyesuaian diri dengan lingkungan.
Keterbatasan intelektual yang dialami anak tunagrahita menyebabkan kesulitan dalam berpikir secara abstrak, sulit, dan berbeli-belit. Hal ini sangat terasa pada pelajaran yang
bersifat teoritis, seperti halnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Oleh sebab itu penggunaan metode karyawisata
akan menjadi salah satu faktor penting dalam meningkatkan prestasi belajar Ilmu
Pengetahuan Alam anak tunagrahita.
Orientasi penggunaan metode karyawisata adalah membawa anak tuna grahita
belajar di alam terbuka dengan suasana yang menyenangkan serta berhadapan
dengan objek benda asli
sehingga pelajaran IPA yang bersifat teori akan dibuktikan oleh anak tuna
grahita melalui obyek yang sesungguhnya.
Dengan demikian, prestasi belajar
Ilmu Pengetahuan Alamnya akan dapat ditingkatkan sesuai dengan kapasitas dan
pola pikir yang dimiliki anak tuna grahita.
2.2 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir
merupakan arah penalaran untuk dapat memperoleh jawaban sementara atas masalah
yang dirumuskan agar mempermudah dalam pengembangannya. Secara skematis penggunaan metode karyawisata terhadap peningkatkan
prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam anak tunagrahita dapat digambarkan
sebagai berikut.
Untuk itu,
peneliti mengemukakan kerangka pemikiran sebagai berikut.
1)
Anak tuna grahita adalah anak yang mengalami hambatan
dalam perkembangan intelektualnya, hal ini akan berpengaruh terhadap prestasi
belajarnya di sekolah.
2)
Pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam bagi anak tuna grahita diperlukan metode mengajar yang
tepat dan menyenangkan karena penggunaan metode mengajar yang tidak tepat akan
menyebabkan anak tuna grahita jenuh sehingga mengakibatkan prestasi belajarnya
akan semakin rendah
3)
Metode Karya wisata merupakan metode mengajar yang tepat
untuk meningkatkan prestasi belajar anak tuna grahita khususnya pada
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
2.3 Hipotesa Tindakan
Hipotesa merupakan
jawaban sementara atas masalah yang diteliti dan dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan kerangka pikir yang peneliti
kemukakan diatas hipotesis yang peneliti ajukan adalah metode karyawisata
dapat meningkatkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam anak tunagrahita
kelas III SLB–C YPAALB Prambanan, Klaten Tahun 2010/2011
terimakasih
BalasHapus